Dia hamil!

Ini adalah hari kedua aku duduk gelisah di depan pintu rumah, belum juga kulihat tanda-tandanya ia akan kembali. Setiap pagi kukelilingi area sekitar rumahku guna bertanya pada tetangga atau orang yang sekedar lewat sambil menunjukkan fotonya: “Apakah Anda melihat dia?”. Selalu pula dijawab hanya dengan gelengan.

Tak karuan rasanya, aku sempat bertanya pada Bara, suamiku, “Tidakkah sebaiknya kita lapor saja ke kantor polisi?”

“Tapi polisi hanya akan membuat laporan orang hilang.”

“Lalu bagaimana?”

“Kita tunggu saja satu hari lagi sambil kita bertanya-tanya jika mungkin ada orang yang melihat ke mana ia pergi. Setelah itu, kita tempel fotonya di gang-gang, tiang listrik beserta nomor yang bisa mereka hubungi jika saja mereka menemukannya di jalan dan bisa menghubungi kita.”

Aku tidak puas dengan idenya, tapi… Ia benar juga, polisi hanya akan membuat laporan orang hilang, tak tahu juga seberapa banyak orang hilang yang ditemukan dari tumpukan laporan orang hilang tersebut.

Padahal ia baru saja pindah untuk tinggal bersama-sama kami beberapa bulan ini. Ia ditinggal mati oleh ibunya dan semenjak itu, ia jadi anak yang pendiam. Tak membalas sapaan kami atau siapa pun yang menegurnya. Hanya akan keluar kamar untuk makan lalu masuk kembali ke dalam.

Aku dan suamiku sampai hilang akal, bagaimana caranya kami bisa menyentuh-nya? Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Akhirnya ia mulai lebih ramah pada orang-orang yang ia temui. Terutama kami yang setiap hari ditemuinya.

Baru saja kami menikmati saat-saat kebersamaan kami, lalu ia menghilang di Minggu sore. Aku mencarinya untuk memberitahu kalau makan malam sudah siap. Tidak kutemukan dia di ruang mana pun. Suamiku bersumpah dia sudah melihatnya pulang ke rumah, tapi tak bisa kami temukan dia di mana pun. Suamiku menyarankan kita untuk mencarinya begitu pagi datang.

Selepas subuh kami mencarinya keliling lingkungan rumah kami tinggal, tak seorang pun melihatnya pergi. Aku terduduk lemas… Ke mana kali ini perginya? Hanya bisa kuucapkan doa supaya tak ada hal buruk terjadi padanya.

Pagi ini, selepas menyantap sahur, aku mendengar suaranya pelan dari depan pintu kamarku.

“Miaaaw..”

Kuhampiri dan kudapati mukanya kotor oleh sarang laba-laba.

“Aaah, ke mana saja kamu, Hitam? Pasti kamu lapar, aku siapkan makan dulu ya.”

Kutuangkan semangkuk kecil makanan kucing dengan disiram susu hangat. Hitam memakannya dengan lahap. Sambil ia makan, sambil kuelus punuknya.

“Leganya kamu kembali…”

Berganti minggu kuperhatikan semakin banyak saja porsi makannya. Namun badannya tetap kurus. Tapi… Tidaaaak… perutnya membuncit!

Si Hitam hamil!

Hah, Hitam. Baru saja aku menikmati saat-saat menyenangkan bersamamu beberapa waktu ini. Dan kini kamu kembali dengan calon anakmu yang bahkan kau saja tidak tau siapa bapakmu. Bisakah kamu tidak bertambah dewasa? Agar aku tak was-was dengan apa yang bisa diperbuat dunia padamu karena aku selalu bisa menjagamu…

Leave a comment